Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Pengertian sembah

Januari 17, 2011

Sembah raga puniku / pakartining wong amagang laku / sesucine asarana saking warih / kang wus lumrah limang wektu / wantu wataking wawaton (Sembah raga itu, seperti orang lelaku, bersuci dengan air, menjalankan kebiasaan sholat 5 waktu, dengan memenuhi syarat-syaratnya)

Samengkon sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agung kang kagungan narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kang momong. (Sementara sembah kalbu, jika ditetapi juga menjadi laku, laku agung yang dipunyai raja/tembus ke inti pengetahuan, mengetahui kepada pemomong pribadi)

Sembah jiwa / Sembah Sukma: Jika sembah cipta (qalbu) pokoknya adalah hati (qolbu) yang menyembah. Sembah ketiga ini lebih halus dan rumit, pendeknya, jiwa atau ruh lah yang melakukan penyembahan. (jiwa = sejatinya pribadi (ruh))…bagaimana agar jiwa ini mampu bergerak? …Ruktine ngangkah ngukud / ngiket ngruket triloka kakukud / jagad agung … Lihat Selengkapnyaginulung lan jagad alit / den kandel kumandel kulup / mring kelaping alam kono. (ringkaslah semua aspek jasmaniah, menggulung makrokosmos dan mikrokosmos, yakin ada alam lain yang di sana)

Sembah rasa: halus-halusnya sembah hasil dari olah laku dan penghayatan sembah-sembah sebelumnya

doa perubah taqdir

Januari 10, 2011

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

 

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)

Puisi

Januari 10, 2011

Fana’ dan Hulul

 

Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj

 

Duh, penganugerah bagi si pemegang karunia

 

Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada

 

Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga

 

Kau adalah aku, begitu kukira

 

Kini dalam wujud diriku menjadi sirna

 

Dengan-Mu aku kau buat menjadi fana

 

Aku yang kucinta

 

Dan yang kucinta Aku pula

 

Kami dua jiwa padu jadi Satu

 

Dan jika kau lihat aku

 

Tampak pula Dia dalam pandanganmu

 

Dan jika kau lihat Dia

 

Kami, dalam pandanganmu tampak nyata

 

Kau antara kalbu dan denyutku, berlalu

 

Bagaikan air mata menetes dari kelopakku

 

Bisik-Mu pun tinggal dalam relung hatiku

 

Bagai ruh yang hulul dalam tubuh jadi satu

 

Maha suci Dzat yang menyatakan nasut-nya

 

Dengan lahut-nya , yang cerlang seiring bersama

 

Lalu dalam mahluk-Nya pun tampak nyata

 

Bagai si peminum serta si pemakan tampak sosok-Nya

 

Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya

 

Bagai bertemunya dua kelopak mata

Ka’bah Qolbu

Seorang Sufi besar, yang bernama Muhammad bin Al Fadl mengatakan :

“Aku heran pada orang yang mencari Ka’bah-Nya di dunia ini. Mengapa mereka tidak berupaya melakukan musyahadat tentang-Nya di dalam Qalbu mereka ? Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala mereka tinggalkan, tapi musyahadat bisa mereka nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu, yang dilihat hanya setahun sekali, sesungguhnya mereka lebih harus mengunjungi Ka’bah Qalbu, dimana Dia bisa dilihat 360 kali sehari semalam.”

 

Pendakian Jiwa

 

(Jalaluddin Rumi – Matsnawi III, 3901)

 

Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan,

Aku mati sebagai tumbuhan dan muncul sebagai hewan,

Aku mati sebagai hewan dan aku menjadi Insaan.

Mengapa aku mesti takut ? Bilakah aku menjadi rendah karena kematian ?

Namun sekali lagi aku akan mati sebagai Insaan, untuk membumbung bersama para malaikat yang direstui;

bahkan dari tingkat Malaikatpun

Aku harus wafat: Segala akan binasa kecuali Allah.

Ketika Jiwa Malaikatku telah kukorbankan,

Aku akan menjadi sesuatu yang tak pernah terperikan oleh pikiran.

Oh, biarkan aku tiada ! Karena Ketiadaan Membisikkan nada dalam telinga,

“Sesungguhnya kepada-Nya-lah kita kembali.”

[sumber: Ajaran dan Pengalaman Sufi – Maulana Jalaluddin Rumi, terjemahan dari Reynold A Nicholson]

 

MAKRIFAT

(JALALUDDIN AR-RUMI)

 

Tahukah kalian nama tanpa yang diberi nama

 

Pernahkan kalian petik mawar dari m-w-r semata

 

Kalian beri ia nama, carilah realitas yang diberi nama

 

Jangan lihat bulan di air, carilah bulan di langit sana

 

Andaikan dari nama dan huruf kalian ingin mengatasi

 

Dari egoisme hendaklah kalian hindarkan diri

 

Dari semua tabiat jiwa bersihkan diri kalian

 

Wujud nurani kalian niscaya terlihat

 

Memang Nabi dalam kalbu kalian niscaya tertampakkan

 

Tanpa guru dan penuntun pun tidak diperlukan

 

Dari Dualisme kutukar diri dan kulihat alam hanya satu

 

Dari Yang Satu kucari, dengan Yang Satu kutahu

 

Kepada Yang Satu kulihat, dan untuk Yang Satu kuseru

 

Oleh Piala Cinta kumabuk dan alam pun fana sari pemahamanku

 

Menikmati minuman dan berbincang dengan-Nya itulah kesibukanku

 

Teman Makrifat

(Ummul Khair Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyyah Al-Qisiyyah)

 

Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu

 

Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku

 

Dengan temanku tubuhku berbincang selalu

 

Dalam kalbu terpancang selalu Kekasih cintaku

 

Cinta Ilahi

Ummul Khair Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyyah Al-Qisiyyah

 

Dalam batin kepadanNya kau durhaka, tapi

 

Dalam lahir kaunyatakan cinta suci,

 

Sungguh, aneh sangat gejala ini

 

Andaikan cintamu memang tulus dan sejati

 

Yang Dia perintahkan tentu kau taati

 

Sebab, pecinta pada Yang dicintai patuh dan bakti

 

Cinta

(Rabi’ah Al Adawiyah)

 

Aku mencintaiMu dengan dua macam cinta,

 

Cinta rindu dan cinta karena Kau memang layak dicintai

 

Dengan cinta rindu,

 

Kusibukkan diriku dengan mengingat-ingat-Mu selalu,

 

Tiada yang kuingat selain-Mu,

 

Sedangkan, cinta karena Kau layak dicintai,

 

Di sanalah Kau menyingkap hijabku,

 

Agar aku dapat memandang-Mu

 

Namun, tak ada Pujian dalam ini dan itu

 

Segala Pujian hanya untuk-Mu dalam ini dan itu.

 

Bersemayam dalam hatiku

(Junaid al-Baghdadi)

 

Kini kutahu, Tuhan — Siapa

Bersemayam dalam hatiku

Dalam rahsia, jauh daripada dunia

Lidahku bercakap dengan-Nya yang kupuja

Melalui sebuah jalan

Kami mendekat rapat

Terpisah jauh daripada-Nya

Berat siksa yang mendera jiwa

Walau Kau sembunyikan wajah-Mu

Jauh daripada pandangan mataku

Dalam cinta kurasa kehadiran-Mu

Yang mesra dalam hatiku

Dalam bencana mengerikan

Tak kusesali seksa yang mencabik jiwa

Hanya Kau saja Tuhan yang kurindu

Bukan kurnia atau tangan pemurah-Mu

Apabila seluruh dunia Kau berikan kepadaku

Atau sorga sebagai pahala

Aku berdoa supaya seluruh kekayaanku

Tak berharga dibanding melihat wajah-Mu

 

Teman

(Ibn ‘Arabi)

 

Dulu tidak kusenangi temanku

 

Jika agamanya lain dari agamaku

 

Kini kalbuku bisa menampung semua

 

Ilalang perburuan kijang atau biara Pendeta

 

Kuil pemuja berhala atau Ka’bah haji berdatangan

 

Lauh Taurat atau Mushaf Al-qur’an

 

Kupeluk agama cinta, kemanapun yang kutuju

 

Kendaraanku cinta, ialah agamaku dan Imanku

Doa

Januari 10, 2011

Ya Rohman…Ya Rohim …Ya Fattaahu …Ya Wahhab….iftah liy quluubiy warzuqniy bilaa ta’ab…….( Wahai dzat yang maha Pengasih…Wahai Dzat Yang maha Penyayang…Wahai Dzat yang Maha membuka…wahai dzat yang Maha memberi……buka kan lah hatiku dan berikanlah rizki kepadaku tanpa susah payah )….ijazah dari Syaikhina Rois Yahya Dahlan Rohimahulloh )

Huwa

Januari 10, 2011

Dalam penarikan benda ghaib

kita harus mempersiapkan diri sebelum pengambilan, syarat yang utama :

 

A. syarat utama :

– Menguasai terawangan (biar gak dikibulin ma Jin atau pandangan2 yang

belum tentu tepat)

– Bisa menguasai ilmu pageran (rajah kalacakra recommended buat yang

satu ini)

– Tingkat konsentrasi yang tinggi dan fokus (karena kalau gak fokus bisa

tersedot sukmanya kita)

 

 

 

B. Syarat pendukung :

– Minyak (tergantung kekuatan khodam yang di ambil makin gede minyaknya

juga makin khusus)

 

Jenis minyak Yang khusus (mahal gan harganya):

– Minyak FONIBASALWA (minyak 5 warna/ 5 Jarum)

– Minyak Dua Al jannah

– Minyak Sulaiman

 

Jenis Minyak Biasa / Umum :

– Zafaron Putih

– Misik Putih

– Kasturi Putih

 

Buhur / Dupa :

– Menyan Jawa (lumayan Murah he99x)

– Buhur Magrobi ( Lumayan Mahal )

– Dupa cap dua naga kembar

– Candu cap bunga tengkorak (susah dan mahal)

– Kembang setaman / Liman

Untuk Minyak dan buhur/dupa pilih kalau mahal ya pake minyak umum ajah

gan tapi keberhasilan tergantung kekuatan agan nantinya.

 

C. Media lain yang dibutuhkan

– Kain putih mori ukuran slayer gan.

– Tanah dari tempat yang di duga tersimpan pusaka ( ini kalau mau

dilakukan dirumah gan, tapi syaratnya harus di depan pelataran rumah

atau ruang yang tersembunyi dari penglihatan orang dan gak boleh dekat

dengan anak kecil bahaya gan, tapi saran gw mending di tempatnya

langsung biar amannya)

 

Tata laku Ritualnya :

1. Berpuasalah selama 1,3,7 atau 40 hari mutih (tergantung kekuatan

khodam barang yang di angkat) dina pasaran selasa kliwon di akhiri malem

jum’at kliwon lebih mantebnya lagi pasrannya jatuh bulan SURO gan ini

paling cespleng buat narik biasanya pada nongol sendiri.

2. Selesai puasa malam jum’at kliwon datanglah ke tempat dimana diduga

tersimpan pusaka itu gan jangan lupa berwudu terlebih dahulu.

3. duduk bersila deteksi kembali keberadaan pusaka tersebut dengan

amalan ini : Ya Hadii Ihdinii 100x sembari konsentrasi

nanti akan terlihat jelas dimana barang tersebut.

4. Siapkan Minyak, dupa dan kembang setaman dan kain mori. taruh di

tempat yang diduga terdapat pusakanya ( gelar kain bakar dupa dan

siramkan minyak disekeliling kain dengan melingkarinya lau taburkan

bunga di kain dan sekeliling area )

 

5. Ucapkan Uluk salam kepada penunggu dan khodam yang bersemayam di

sekeliling area :

 

” Asalamu’aikum 3x Salam dalem ingkang poro leluhur sedoyo ing …

(sebutkan nama leluhur petilasan itu atau nama petilasannya) kulo bade

nyuwun pusaka dalem ingkang poro leluhur, ingsun ngirim donga dalem

ingkang poro leluhur (Baca Alfatihah 1x)

 

nah biasanya setelah ini tanpa wiridan dah mulai nongol penampakan2

khodam ya MG lain menghampiri silahkan berkomunikasi dengan mereka

biasanya mereka akan menunjukkan dengan sendirinya pusaka itu

terpendenpam atau jatuh tepat di kain mori atau timbul dari bawah kain

mori tergantung tanda yang mereka berikan.

 

Bila mana belum terjadi maka amalankan di bawah ini :

 

1. Tawasulan :

– Rasulullah Muhammad SAW

– Syaikh abdul qadir jaylani

– Malaikat Jibril, Mikail, israfil, izrail

– Nabi Khidir As

– Para ulama & solihin ditanah jawa

– Orang tua

– Diri kita pribadi

 

Baca Amalan : Surat Al ikhlas 1500x (lakukan dengan fokus dan tenang

jgn terburu2 sebelum 1500 biasanya dah mulai keangkat)

 

Bila sedah terangkat segera bungkus pusaka tersebut dengan kain mori dan

baca doa pengunci agar pusaka tersebut tidak lari.

 

Cara Mengunci genggam pusaka tersebut didada kita dengan kain morinya

dan baca doa NURBUAT 7x. konsen mengunci pusaka tersebut.

 

setelah selesai bawalah pusaka tersebut dan amati sisir kembali area

ritual kita biasanya yang tersedot juga banyak tergantung kekuatan kita.

 

Note : kalau belum berhasil jgn kecewa, bisa terjadi kesalahan rapal

atau konsen yang kurang. He99x itu ajah share dr gw

belajar

Januari 10, 2011

Utlubul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi… Lihat Selengkapnya”

Hadits yang menyatakan: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat!” tidak terdapat baik dalam Shahih Al-Bukhariy, Muslim, Ash-haabus Sunan ataupun yang lainnya tetapi terdapat dalam kitab Kasyfuzh Zhunuun 1/51 yang tidak disebutkan sanad dan derajat keabsahannya, sehingga hadits tersebut tergolong dalam kategori hadits dha’if.

Sedangkan yang shahih adalah atsar yang diucapkan oleh ‘ulama salaf seperti Al-Imam Ahmad bin Hanbal, beliau menyatakan: “Sesungguhnya aku menuntut ilmu sampai aku masuk kubur.” dan ucapan ‘ulama lainnya. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah 1/74, diambil dari Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal73-74)

Demikian juga hadits: “Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina!” adalah hadits yang bathil. (Lihat Silsilatul Ahaadiits Adh-Dha’iifah jilid I nomor hadits:416, karya Asy-Syaikh Al-Albaniy)

Adapun hadits yang berbunyi: “Thalabul ‘ilmi fariidhatun ‘alaa kulli muslim wa muslimah.” (Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah) adalah hadits dha’if sedangkan yang shahih bunyinya: “Thalabul ‘ilmi fariidhatun ‘alaa kulli muslim.” {muslimah tentunya tercakup dalam lafazh ‘muslim’} (HR. Ibnu Majah dan lainnya dari Anas bin Malik, lihat Shahiih At-Targhiib wat Targhiib jilid I nomor hadits:72 dan Shahiihul Jaami’ nomor hadits:3808, keduanya karya Asy-Syaikh Al-Albaniy)

Dengan keterangan ini, berarti kita harus menggunakan lafazh yang terdapat dalam hadits yang shahih, jangan menggunakan lafazh yang terdapat dalam hadits yang dha’if walaupun maknanya sama karena kita dilarang menggunakan hadits yang dha’if.

Wallaahu A’lam.

doa 1

Januari 10, 2011

Berikut doa untuk meraih kelapangan hidup:

YA WAASIU YA ALIIMU YA DZALFADLIL ADZIIMI ANTA RABBII WAILMUKA KHASBI IN TAMSISNII BIDZURRON FALAA KASYIIFA LAHU ILLA ANTA WAIN TARUDDUNII BIKHAIRIN FALA RADDA LIFADLIKA TUSHIIBU BIROKHMATIKA MAN TASYAA U MIN IBAADIKA WA ANTAL GHAFUURUR ROHIM

Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Melapangkan, wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Memiliki Anugerah Keutamaan Yang Agung, Engkau adalah Tuhanku dan cukuplah bagiku ilmu-Mu. Jika aku ditimpa penyakit, maka tiada yang bisa mengobati selain Engkau. Jika Engkau memulihkan kondisiku, maka tiada seorangpun yang bisa mengambil alih anugerah-Mu. Engkau curahkan rahmat kasih-Mu pada orang yang Engkau kehendaki dari hamba-hamba-Mu dan Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Hijib syaifie

Desember 23, 2010

HIZIB SAIFI (6)

keagungan dan kemuliaan (1-Cetakan Ke 3). Ya Allah sesungguhnya Engkau telah memerintah kami dengan seruan Mu dan Engkau telah janjikan kami dengan perkenan dari Mu dan kami telah menyeru Mu, seperti yang telah Engkau perintahkan lalu perkenankanlah seperti yang telah Engkau janjikan wahai (Tuhan) yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, Sesungguhnya Engkau tidak pernah Mungkir Janji.(2-Cetakan Ke 3).

Ya Allah, apa yang telah Engkau takdirkan bagiku daripada kebaikan, dan apa yang telah aku syariatkan didalamnya dengan taufik dan kemudahan Mu, maka sempurnakanlah bagiku dengan sebaik-baik rupa semuanya, sebetul-betulnya, dan sesuci-sucinya, sesungguhnya Kamu amat berkuasa ke atas apa yang kamu kehendaki, amat layak untu memperkenankan sesuatu, sebaik-baik Tuan dan sebaik-baik Pembantu. Dan apa saja keburukan yang telah Engkau takdirkan ke atasku serta Kamu beri ingatan kepadaku daripadanya, maka jauhkanlah daripadaku, wahai Tuhan yang Maha Hidup dan Maha Berdiri, wahai yang menyempurnakan langit dan bumi melalui perintahnya, wahai yang menahan langit daripada

jatuh ke atas bumi kecuali dengan izinNya, wahai yang apabila menghendaki sesuatu urusan, Dia akan berkata ‘Jadi’ maka jadilah ia. Maha suci Tuhan yang berada ditanganNya kerajaan setiap sesuatu dan kepadaNya dikembalikan sesuatu. Maha suci Allah yang Maha Berkuasa dan Maha Mengalahkan, yang Maha Kuat, Maha Mulia, Maha Gagah, Maha Hidup, Maha Berdiri tanpa pembantu, tanpa penolong, dengan rahmat Mu aku meminta tolong, Wahai Tuhan perkenankanlah (terima) doa dan usaha ku ini, kepada Mu lah penyerahan ini. Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung (3 kali). Pujian-pujian bagi Allah di permulaan dan di akhiran, zahir dan batin, serta selawat dan salam ke atas penghulu kami Muhamad, dan ke atas keluarganya, sahabatnya yang mulia …….

dan suci, serta keselamatan yang banyak, mulia dan abadi hingga ke hari kiamat, cukuplah Allah bagi kami dan sebaik-baik wakil. Maha Suci Tuhan mu, Tuhan yang Maha Mulia dengan sifat-sifatnya, serta selawat ke atas utusan-utusanNya (rasul) dan pujian-pujian ke atas Tuhan semesta alam. Selawat ke atas penghulu kami Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya dalam setiap kelipan mata dan sorong tarik nafas makhluk sebanyak bilangan apa yang diliputi oleh ilmu Allah. Amin…………..

HIZIB SAIFI (5)

wahai (tuhan) yang amat penyayang.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dari Mu dan aku merayu pada Mu dengan keesaan Mu dari puji-puja Mu dan pengagungan Mu dan tahlil Mu (pengucapan La ilahai la llah) dan takbir Mu (ucapan Allahu Akbar) dan tasbih Mu (ucapan Subhanallah) dan kesempurnaan Mu dan pengurusan Mu, pengagungan Mu dan penyucian Mu, cahaya Mu, kasihan belas Mu kasih sayang Mu, ilmu Mu, kebijaksanaan (sifat lemah lembut dan tahu semua), ketinggian Mu, kehormatan Mu, kelebihan Mu, keagungan Mu, anugerah Mu, kesempurnaan Mu, kebesaran Mu (ketakburan), kekuasaan Mu dan kesultanan Mu serta budi penghargaan Mu, keindahan Mu, kecantikan Mu, petunjuk Mu, keampunan Mu, nabi Mu, wali Mu dan keturunannya yang suci murni, semoga Engkau memberi selawat (rahmat) ke atas penghulu kami Muhammad dan ke atas seluruh saudara maranya (yang terdiri dari ) nabi-nabi dan utusan-utusan dan semoga Engkau tidak mengharamkan aku dari pertolongan (sokongan) Mu dan keutamaan Mu …….

dan keindahan Mu serta keagungan Mu, dan faedah-faedah dari kemuliaan Mu (kemurahan hati) maka sesungguhnya, tidak pernah menghalang oleh kerana terlalu banyak apa yang telah Engkau hamburkan dari pemberian-pemberian oleh sebarang penghalang yang berupa kebakhilan (bererti Engkau tak pernah bakhil dalam memberi) dan tiada mengurangkan akan kemurahan hati Mu oleh pengurangan kesyukuran terhadap nikmat-nikmat Mu.

Dan tidak pernah habis (luak) khazanah-khazanah Mu. Pemberian Mu yang luas, tidak memberi sebarang kesan pada kemurahan hati Mu, yang agung itu, penganugerahan Mu yang banyak lagi agung itu serta indah itu, lagi unggul (asli), dan Engkau tidak pernah takut tekanan kepapaan untuk Engkau merasa bakhil. Dan tidak pernah Engkau dihambat perasaan takut kedana (papa), lalu mengurangkan dari kemurahan hati Mu limpahan keutamaan Mu (fadilat). Sesungguhnya Engkau atas apa-apa yang Engkau kehendaki itu amat berkuasa, dan dalam memperkenan (doa) itu amat patut.

Ya Allah, rezekikanlah aku akan hati yang khusyuk lagi tunduk, patuh, serta mata yang suka menangis dan badan yang sihat lagi sabar (cekal) serta keyakinan yang benar dan dengan kebenaran ia menumpu. ……

Dan taubat yang sebenar (nasuha) serta lidah yang sentiasa berzikir dan memuji serta keimanan yang betul serta rezeki yang halal dan baik,dan ilmu yang luas, yang bermenafaat serta anak yang soleh dan sahabat yang seia sekata, serta umur yang panjang dalam kebaikan yang sibuk dengan (terisi dengan) ibadat yang tulus murni, serta perangai (akhlak) yang elok dan amalan yang baik (soleh) yang diterima, dan taubat yang di terima serta darjat yang tinggi dan perempuan yang beriman, yang patuh. Ya Allah janganlah Engkau lupakan aku dalam ingatan Mu, jangan Engkau jadikan untukku pemimpin selain dari Mu dan jangan Engkau elakkan aku dari muslihat Mu serta jangan Engkau dedahkan dariku, perlindungan Mu, dan jangan biarkan aku putus asa dari rahmat Mu janganlah jauhkan aku dari penjagaan Mu dan dari sisi Mu, lindungi aku dari kemurkaan Mu dan kemarahan Mu, jangan jadikan aku berputus harap dari kasih Mu dan jadilah

dari segala kegerunan dan ketakutan, serta kesepian dan keterasingan. Dan lindungilah aku dan keluargaku dan saudara-saudara ku seluruhnya dari setiap kemusnahan dan selamatkanlah aku dari setiap bala bencana, dan penyakit, kecelaan dan kesukaran dan ujian (yang berat) atau (dugaan) dan gempa bumi dan kegetiran, kehinaan dan kerendahan dan kekurangan dan lapar dan dahaga dan kefakiran, dan kepapaan, kesempitan dan fitnah serta wabak dan bala, lemas (dalam air), kebakaran, kilat kecurian, kepanasan dan kesejukan, rompakan, kesesatan, kealpaan dan sesuatu yang sesat dan benda-benda terbang (yang membawa kejahatan), kegelinciran (dari jalan yang benar) dan dosa-dosa serta kerunsingan dan kedukaan, (ditelan bumi) dan lemparan (qazaf), cacat, sakit, uzur, gila, penyakit kusta, sopak, lumpuh dan buasir.

Penyakit beser (kencing tak tus) dan kekurangan dan kerosakan dan malu (skandal) dan kehuduhan di dua negeri (dunia/akhirat) sesungguhnya Engkau tiada pernah mungkir janji.

Ya Allah angkatkanlah aku dan jangan meletakkan aku ke bawah, pertahankanlah aku, jangan pula Engkau menolakku, berilah aku jangan pula Engkau haramkan aku (dari pemberian Mu), tambahkan kepadaku, janganlah mengurangkan aku, kasihanilah aku jangan disiksa diriku, lepaskan aku dari kedukaanku dan bukakan segala kerunsinganku, dan musnahkanlah seteruku dan bantulah aku dan jangan Engkau merendahkan aku (lekehkan). Muliakanlah aku, jangan Engkau malukan aku, dan utamakanlah aku, jangan hilangkan aku, sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu amat berkuasa. Wahai (Tuhan) yang paling berkuasa dari segala yang berkuasa, dan wahai (Tuhan) yang paling cepat menghitung dan selawat (rahmat) Allah berikan atas penghulu kami Muhammad dan keluarganya dan diberi kesejahteraan (salam) semuanya, Wahai (Tuhan) yang mempunyai ……
next …

HIZIB SAIFI (4)

Dan boleh menjadikan aku rindu kepada Mu dan memberi aku minat pada apa yang disisi Mu dan catatkanlah bagiku (tentukanlah bagiku) disisi Mu keampunan dan sampaikanlah aku kepada kemuliaan (keramat) dari sisi Mu dan bahagiakanlah aku kesyukuran terhadap apa yang telah engkau beri nikmat dengannya atasku, maka sesungguhnya Engkaulah Allah yang tiada tuhan selain Engkau yang satu lagi tunggal yang tinggi lagi punya daya cipta yang memulakan dan mengembalikan yang maha mendengar lagi mengetahui yang tiada bagi urusan Mu tertolak (penolakkan) dan tiada dari ketentuan Mu yag terhalang, dan aku bersaksi bahawa Engkaulah tuhanku dan tuhan segala sesuatu, pencipta langit-langit dan bumi, maha mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, yang maha tinggi lagi besar dan maha meninggi (1- Dibaca surah Al-Ikhlas 3 x) Ya Allah sesungguhnya aku memohon dari Mu ketetapan dalam urusan dan keteguhan azam/kekuatan di atas kewarasan fikiran/petunjuk (jalan yang betul) dan kesyukuran atas nikmat-nikmat Mu dan aku memohon dari Mu akan kebaikan …..

ibadat terhadap Mu dan aku memohon dari Mu, dari kebaikan segala yang Engkau tahu dan aku berlindung dengan Mu dari kejahatan segala yang Engkau tahu, dan aku memohon ampun dari Mu, dari kejahatan segala yang Engkau tahu, sesungguhnya Engkau amat mengetahui segala yang ghaib, dan aku memohon dari Mu, untukku dan dan keluargaku serta saudara-saudaraku seluruhnya, akan keamanan dan aku berlindung dengan Mu dari kejahatan segala sesuatu yang jahat dan tipu helah setiap yang menipu dan kezaliman segala yang zalim dan sihir setiap yang menyihir (tukang sihir) dan pelampauan setiap yang melampaui. Dan hasad dengki segala yang dengki dan pengkhianatan segala yang khianat dan tipu daya segala yang menipu daya (buat perangkap) dan permusuhan segala yang memusuh (seteru) dan tikaman setiap yang menikam, dan hasutan setiap yang menghasut dan helah setiap yang berhelah dan ejekan setiap yang mengejek dan perseteruan setiap yang berseteru.

Ya Allah, dengan Mu aku mengamuk terhadap musuh dan sekutu-sekutu, dan akan di Kau aku berharap akan kedekatan

orang-orang yang tersayang dan para wali dan orang-orang yang hampir (muqarabbin) maka untuk Mu pujian atas apa yang aku tidak mampu menghitungnya serta membilangnya dari keuntungan-keuntungan keutamaan Mu, serta yang diketahui dari rezeki Mu. Serta berbagai jenis apa-apa yang telah Engkau berikan aku dengannya dari Limpahan Mu dan kemurahan Mu. Maka sesungguhnya Engkaulah Allah yang tiada tuhan selain dari Engkau yang telah tersebar luas dikalangan makhluk segala kepujian Mu, yang melebarkan (membentangkan) dengan kemurahan akan tangan Mu, tidak ada percanggahan dalam pemerintahan Mu dan tiada rebutan dalam urusan Mu dan kesultanan (kekuasaan) Mu dan kerajaan Mu, dan tiada sekutu (perkongsian) dalam ketuhanan Mu, dan tidak ada kekalutan dalam penciptaan makhluk Mu, Engkau memiliki dari makhluk alam, sebagai apa yang Engkau kehendaki, sedangkan mereka tidak pun memiliki diri Mu kecuali apa yang Engkau kehendaki.Ya Allah, sesungguhnya Engkau pemberi nikmat lagi pemberi keutamaan serta berkuasa dan penentu segala, yang perkasa lagi dipuja (disucikan) dengan pujian dalam cahaya.

kesucian yang Engkau salutinya dengan kemuliaan dan keindahan dan Engkau perbesarkan dengan kemuliaan dan ketinggian dan Engkau balut dengan kebesaran dan ketakburan (1-Dibaca Surah Al Ikhlas 3 x). Dan Engkau selubungi dengan cahaya dan sinaran. Dan Engkau perbesarkan (peragungkan) dengan kehebatan dan keindahan, untuk Mu anugerah yang lama (qadim) dan kekuasaan yang tinggi (mencakar langgit) dan kerajaan yang mewah serta kemurahan yang luas serta kekuasaan (qudrat) yang sempurna dan kebijaksanaan yang tinggi dan kemuliaan yang menyeluruh, maka untuk Mu segala pujian atas apa yang Engkau jadikan aku dari umat Muhammad Sallallahu A’lahi Wasallam, dan atas keluarganya juga (diselawat dan diberi salam), sedangkan dia adalah yang paling utama dikalangan anak Adam yang Engkau telah muliakan mereka dan telah Engkau tanggungkan mereka didaratan dan dilautan dan Engkau telah rezekikan mereka dari (rezeki) yang baik-baik. Dan Engkau telah utamakan mereka atas kebanyakan dari makhluk Mu, dengan pengutamaan. Dan Engkau telah menciptakan aku dalam keadaan mendengar..

melihat, sihat dan matang, sejahtera, afiat, dan tidak Engkau risaukan aku dengan kekurangan (kecacatan) pada badanku (yang boleh menghalangku) dari mentaati Mu, dan tidak pula dengan sebarang penyakit pada pancainderaku dan tidak pula kecacatan pada jiwaku dan akalku.

Dan Engkau tidak pernah menyekat aku dari kemurahan (kemuliaan) Mu terhadapku, dan keelokkan perbuatan Mu bagiku, dan kelebihan anugerahan Mu disisiku, serta nikmat-nikmat Mu atasku. Engkau (Tuhan) yang telah memperluaskan atasku di dunia ini akan rezeki, dan Engkau telah utamakan aku atas banyak dari ahlinya (ahli dunia termasuk haiwan dll) dengan kelebihan-kelebihan (keutamaan-keutamaan) maka Engkau jadikan bagiku pendengaran yang boleh mendengar ayat-ayat Mu, dan akal yang memahami keimanan Mu dan penglihatan yang yang dapat mengenali kebesaran Mu, Dan jantung (hati) yang dapat mengikat (mengiktiqad) tauhid Mu. Makasesungguhnya aku, bagi pengutamaan Mu atas ku menjadi saksi, memuji, bersyukur, dan bagi Mu jiwa ku yang berterima kasih (bersyukur) dan dengan hak (kebenaran) Mu ……

keatasku menjadi saksi, dan aku bersaksi bahawa Engkau hidup sebelum segala yang hidup dan hidup selepas segala yang mati dan hidup tidak mewarisi kehidupan dari yang hidup dan tidak pernah Engkau putuskan kebaikan Mu dari ku pada setiap waktu dan Engkau tidak pernah putuskan harapanku dan tidak pernah Engkau turunkan dengan ku siksaan-siksaan azab bencana . Dan tidak pernah Engkau ubah keatasku ikatan-ikatan nikmat dan tidak pernah Engkau halang dariku ketelitian/kehalusan penjagaan.

Seandainya aku tidak mengingati dari kebaikan (ihsan) Mu dan kenikmatan Mu keatasku, kecuali keampunan Mu tentang ku dan taufik (petunjuk) bagiku dan perkenan bagi doa ku ketika aku angkatkan suara ku dengan berdoa kepada Mu dan memuji Mu dan megesakan Mu dan mengagungkan Mu serta bertahlilkan (nama Mu) dan mengucap takbirkan dengan nama Mu, serta membesarkan Engkau. Dan kecuali pada penentuan Mu terhadap kejadian ku

ketika Engkau menggambarkan rupaku dan Engkau telah memperindahkan rupa paras ku, dan kecuali pada pembahagian rezeki ketika …….

Engkau telah menentukannya bagi ku nescaya akan adalah pada perkara itu apa yang merunsingkan fikiran ku kelelahan (kesesatan) maka, bagaimanakah apabila aku fikirkan pada nikmat-nikmat yang besar-besar yang aku sedang mengalaminya ? dan aku tidak sampai kepada kesyukuran sesuatu pun darinya. Maka untuk Mulah pujian-pujian, sebilangan apa yang dijaga oleh ilmu Mu dan berlari dengannya pena (Qalam) Mu dan terlaksana dengannya hukum Mu (perintah) di kalangan makhluk Mu. Dan sebilangan keluasan rahmat Mu dari semua makhluk Mu dan sebilangan apa yang diselubungi (diliputi) dengannya oleh kekuasaan (qudrat) Mu, dan berkali ganda apa yang Engkau perwajibkan dari semua makhluk Mu.

Ya Allah sesungguhnya aku mengakui nikmat-nikmat Mu, atasku (oleh itu) sempurnakanlah kebaikan (ihsan) Mu kepada ku pada apa yang masih tinggal lagi dari umurku, lebih besar, lebih sempurna, lebih elok dari apa yang Engkau telah beri ihsankan kepada ku pada masa-masa yang lalu, darinya dengan rahmat Mu ……

next …

HIZIB SAIFI (3)

Terjemahan nya:

Dan limpahkan kebaikan di atas kesyukuran Mu. Engkau telah memulakan aku dengan nikmat-nikmat sebagai keutamaan (jasa baik) dan anugerah dan Engkau telah memerintahku dengan kesyukuran (supaya bersyukur) sebagai suatu hak dan keadilan dan Engkau telah menjanjikan aku berlipat ganda dan lebih-lebihan yang banyak dan Engkau telah memberikan aku rezeki Mu yang luas lagi banyak, dan Engkau meminta dariku untuknya kesyukuran yang sedikit.

Untuk Mu segala pujian Ya Allah keatasku, kerana Engkau telah menyelamatkan aku (lepaskan aku) dan memberi afiat (kesihatan) kepadaku dengan rahmat Mu dari keletihan bala dan dasar-dasar penderitaan, Engkau tidak pernah menyerahkan aku kepada kejahatan (yang jahat/tak baik) dari qada’ (ketentuan) Mu dan bala-bala Mu. Dan Engkau telah menjadikan pakaianku afiat (kesihatan) dan telah Engkau kurniakan aku kesenangan dan kemewahan dan Engkau telah gariskan jalan (syariat) untukku matlamat yang paling mudah, dan Engkau telah melipat-gandakan bagiku keutamaan yang mulia serta Engkau telah memperhambakan aku dengannya dari jalan jalan-jalan syariat dan Engkau telah sampaikan berita gembira dengannya dari darjat yang tinggi menggapai, dan Engkau telah memilih aku dengan seagung-agung ……

nabi-nabi dari segi dakwah, dan yang paling utama sekali dari segi syafaat dan yang paling tinggi darjat (kedudukan) dan yang paling hampir sekali dari segi tempat dan yang paling jelas sekali hujah-hujah (dalil), Penghulu kami Muhammad Salalllahu alaihi wassalam dan ke atas keluarganya beserta kesejahteraan dan ke atas seluruh nabi-nabi dan utusan-utusan dan sahabat-sahabatnya yang baik-baik lagi suci murni (1-Tamat separuh).

Ya Allah berikanlah salawat (rahmat) Mu ke atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad dan ampunilah bagiku dan keluarga ku serta saudara-saudara ku seluruhnya sekira-kira tidak dapat dimuatkan kecuali ampunan Mu dan tiada apa yang dapat menghapuskan (dosa) kecuali kemaafan Mu, dan tidak dapat menutupnya kecuali perlepasan darimu dan kelebihan Mu dan berilah kepadaku pada hariku ini dan malamku ini, dan jam aku ini, dan bulanku ini dan tahunku ini, suatu keyakinan yang benar yang boleh mempermudah (meremehkan) atasku segala malapetaka dunia dan akhirat dan kedukaan keduanya

HIZIB SAIFI (2)

Terjemahan nya

Dan segala yang lain dari itu, kebijaksanaan bahasa-bahasa dan sesatlah di sana pentadbiran (pengaturan) dalam tindak-tanduk sifat-sifat, Barang siapa yang berfikir pada ciptaan Mu yang indah dan pujian Mu yang tinggi dan mendalami pada perkara itu nescaya kembalilah pancaindera Nya kepadanya dengan keadaan hampa, kecewa dan akalnya terpesona dan daya fikirnya bingung dan tertawan.

Ya Allah untuk Mu segala pujian, pujian-pujian yang banyak, sentiasa berterusan dan berturutan dan berlipat ganda, luas dan selaras , kekal dan terus berganda dan tidak akan luput selain dari yang hilang dalam malakut dan tidak terhapus dalam tanda-tanda , tidak mengurang pada pengenalan. Maka untuk Mu sahajalah segala pujian di atas kemuliaan Mu yang tidak terhitung dan nikmat-nikmat Mu yang tidak dapat dikira baik di malam hari apabila ia mengundur dan di pagi hari …..

apabila ia terbit, dan didaratan mahupun di lautan, baik di pagi hari dan di petang hari, baik di malam hari ataupun di pagi hari, baik di tengahari ataupun di dinihari. Dan di dalam segala bahagian (juzuk) dan bahagian-bahagian malam dan siang.

Ya Allah untuk Mu segala pujian dengan taufik Mu, telah Engkau hadirkan aku akan kelepasan (keselamatan) dan telah Engkau jadikan aku dari Mu dalam daerah penjagaan dan aku sentiasa dalam limpahan nikmat-nikmat Mu dan berterusan nikmat-nikmat / anugerah-anugerah Mu, terkawal dengan Mu dalam penolakkan dan halangan, terjaga dengan Mu dalam keteguhan pertahan diriku. Ya Allah sesungguhnya aku memuji Mu, kerana Engkau tidak memberatkan aku (membeban) lebih dari keupayaanku dan Engkau tidak redha (restu) dari ku selain dari ketaatan ku dan Engkau telah meredhai aku dari ketaatanku pada Mu dan pengabdian Mu tanpa kekuasaan ku, dan kekurangan daya-upayaku dan kekuasaanku, Maka sesungguhnya Engkau Allah …..

Raja yang benar yang tiada tuhan selain dari Mu. Engkau tiada hilang, dan tak kan terlindung dari Mu sesuatu yang hilang pun dan tidak akan tersembunyi dari Mu sesuatu pun yang bersembunyi dan tiada akan hilang dari Mu dalam kegelapan-kegelapan persembunyian (yang tersembunyi) suatu apa pun yang hilang, Hanya sanya, urusan Mu apabila Engkau menghendaki sesuatu, Engkau berkata padanya “jadilah” maka ianya pun jadi (1- Dibaca Surah Al Ihklas 3 x).

Ya Allah, hanya untuk Mu/bagi Mu pujian-pujian. Pujian-pujian yang banyak sentiasa seperti mana Engkau memuji dengannya akan diri Mu sendiri, dan berlipat ganda lagi apa yang dipuji akan diri Mu dengannya oleh orang-orang yang memuji dan telah bertasbih dengannya akan di Kau oleh orang-orang yang bertasbih, dan diagungkan dengannya oleh orang-orang yang mengagungkan Engkau dan telah ditakbir akan di Kau dengannya oleh orang-orang yang bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar), dan telah ditahlilkan (mengucapkan La ilaha llah) dengannya akan di Kau oleh orang-orang yang bertahlil, dan telah disucikan di Kau dengannya oleh orang-orang yang mensucikan dan telah mengesakan Engkau dengannya oleh orang-orang yang mengesakan, dan telah diagungkan (besarkan) di Kau dengannya

oleh orang-orang yang mengagungkan dan telah diminta ampun dari Mu dengannya akan orang-orang yang meminta ampun sehingga jadilah …..

untuk Mu dari ku sahaja pada setiap kelipan mata dan kurang dari itu lagi. Seperti pujian semua orang–orang yang memuji dan pengesaan semua jenis orang yang mentauhidkan dan yang ikhlas, dan pensucian semua kelas/jenis orang-orang yang arif, dan kata pujian semua orang yang bertahlil dan berselawat/bersolat, dan bertasbih dan seperti mana apa yang Engkau ketahui akannya dan Engkau dipuji, dan dikasihi dan terhijab (terlindung) dari semua makhluk Mu, seluruh mereka, baik dari haiwan-haiwan dan makhluk dan alam semesta.

Wahai Tuhanku, aku memohon pada Mu dengan memohon dengan permohonan-permohonan milik Mu dan aku gemar/sangat ingin kepada Mu, dengan Mu dalam keberkatan-keberkatan yang telah Engkau pertuturkan aku dengannya, dari pujian Mu dan telah Engkau taufikkan aku baginya, dari kesyukuran Mu. Dan pengagunganku terhadap Mu. Alangkah mudahnya, apa-apa yang telah Engkau taklifkan kepadaku dengannya, dari hak Mu, dan alangkah besarnya apa yang telah Engkau janjikan aku dengannya dari nikmat-nikmat Mu

HIZIB SAIFI (1)

Terjemahan nya

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasihani Dan telah berselawat Allah ke atas junjungan kami Muhammad, dan ke atas keluarganya serta sahabatnya, dan telah diberi kesejahteraan.

Ya Allah, sesungguhnya aku persembahkan (hadapkan) kepada Mu dihadapan segala nafas dan kelipan pandangan yang telah dipandang denganya oleh segala ahli langit dan ahli (penghuni) bumi, dan segala sesuatu, ia berada dalam ilmu (pengetahuan) Mu, samada yang sedang berada atau pun yang pernah ada (telah sedia), aku persembahkan kepada Mu di depan segalanya itu. Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasihani Ya Allah, Engkaulah Raja (Malik) yang hak (benar) yang nyata (mubin) yang qadim, Yang perkasa (mulia) dengan kebesaran dan ketakburan, yang esa (tunggal),

Terjemahan nya:

dengan kekekalan (baqa’), yang hidup, lagi menguruskan makhluk, yang berkuasa lagi menentukan, yang memaksa lagi kuat perkasa yang tiada tuhan selain Engkau (1-Dibaca surah Al Ihklas 3 x), Engkaulah Tuhanku dan akulah hambaMu, aku telah melakukan kejahatan dan telah menganiyai (menzalimi) diriku dan aku mengaku dengan dosaku, lalu ampunilah akan segala dosa-dosaku, lalu ampunilah akan segala dosa-dosaku seluruhnya. Sesungguhnya tiada siapa yang mengampunkan dosa-dosa kecuali Engkau sahaja. Wahai Tuhan yang Maha mengampuni, wahai Tuhan yang Maha bersyukur, wahai Tuhan yang Maha bijaksana (lemah lembut), wahai Tuhan yang pemurah (Mulia), wahai Tuhan yang kuat kesabarannya, wahai Tuhan yang amat penyayang.

Terjemahan nya:

dari tempat-tempat yang menempatkan kebenaran disisiMu, dan Engkau telah capaikan aku dengan dari pemberian-pemberian Mu yang bersambung (bertemu) kepadaku dan telah Engkau berbuat baik dengannya kepadaku, tiap waktu dari penolakan bala bencana daripadaku dan pemberian taufik (petunjuk) bagiku, dan perkenan bagi doa-doaku ketika aku menyeru Mu sebagai orang yang berdoa (menyeru) dan aku memanggil-manggil Mu (Munajat) dalam keadaan gemar (suka), dan aku menyeru Mu dengan rendah diri, dengan kejernihan, tunduk patuh dan ketika aku mengharapkan Engkau sebagai seorang yang mengharap lalu aku mendapati diri Mu lalu aku berlindung dengan Mu, pada semua pelusuk (tempat) seluruhnya, lalu jadilah bagiku dan keluargaku dan sanak saudaraku semuanya sebagai jiran yang hadir, rapat, baik, teman pada semua perkara seluruhnya dalam keadaan melihat (memerhati) dan atas segala seteru (musuh) semuanya sebagai pembantu (penolong) dan bagi segala kesalahan dan dosa-dosa seluruhnya sebagai pengampun, dan bagi segala keaiban (kecacatan) seluruhnya sebagai pelindung.

Aku tidaklah ketiaadaan bantuanMu dan kebaikanMu dan kebajikanMu ….

Terjemahan nya:

dan kemuliaanMu serta ihsan (baik budi/jasa baik) Mu walau sekelip mata pun, semenjak Engkau menurunkan aku (menempatkan aku) di negeri uijian/percubaan ini (dunia) dan (negeri) pemikiran serta perhitungan (pengiraaan) ini, untuk Engkau lihat apa yang aku telah persembahkan untuk negeri yang kekal abadi dan tetap (akhirat) dan (negeri) tempat kediaman bersama-sama orang-orang yang terpilih. Maka aku ini hambaMu, lalu jadilah aku wahai Tuhanku akan orang yang bebaskan (lepaskan) wahai Tuhanku, lepaskanlah aku serta keluarga dan saudara-maraku seluruhnya dari neraka dan dari semua yang memudaratkan (yang membahayakan) yang segala yang menyesatkan dan dari segala bencana dan perkara-perkara yang menimbulkan keaiban (kecelaan) dan timpaan (peristiwa yang menyedihkan) dan dari segala perkara yang pasti akan menimpa serta kerunsingan (kedukaan) yang telah mebuatkan aku bimbang (dihantui kebimbangan) tentangnya, oleh segala kedukaan dengan bentangan-bentangan segala jenis bala dan berbagai jenis kesukaran Qada’ (ketentuan Ilahi). Aku tiada ingat (sebut) dari Mu kecuali jasa baik (hok molek jah) dan aku tiada lihat dari Mu kecuali keutamaan (fadilat-fadilat) …

Terjemahan nya:

kebaikanMu bagiku menyeluruh (merangkumi) semua dan perbuatan (baik) Mu bagiku adalah sempurna dan sifat lemah lembut / pengetahuan (yang halus) dari Mu bagiku adalah melimpah dan keutamaanMu terhadapku adalah sentiasa berterusan dan berturut-turut serta nikmatMu bagiku (disisiku) sentiasa berhubung (tak putus-putus) tak pernah mungkir dari sisiku (tak pernah langgar janji), Engkau telah damaikan rasa takut ku (aman/tenteram), dan Engkau telah nyatakan cita-cita ku (tunaikan).

Engkau telah menemaniku dalam perjalananku, dan telah Engkau muliakan aku di kala aku menetap (hadir di negeri). Engkau telah sembuhkan (afiatkan) penyakitku dan Engkau telah sembuhkan penyakit-penyakit kronikku dan Engkau telah perelokkan tempat kembaliku dan kedudukkan ku, dan tidak Engkau jadikan pihak musuh-musuhku mengejekku begitu juga orang-orang yang dengki terhadapku dan Engkau telah membalas lemparan orang-orang yang telah melemparku dengan kejahatan, dan telah Engkau membalas (dengan setimpal) akan kejahatan orang-orang yang memusuhiku. Maka aku memohon Ya Allah, semoga sekarang, Engkau menolak dariku segala tipu daya (perangkap) orang-orang yang hasad dengki dan kekejaman (kezaliman) orang-orang yang kejam/zalim, dan kejahatan orang-orang yang keras kepala. Dan jagalah aku dan keluargaku serta sanak saudaraku …..

Terjemahan nya:

semuanya, di bawah khemah kemuliaanMu wahai Tuhan yang pemurah dari segala yang pemurah. Dan jauhilah antaraku dan musuh-musuhku, seperti Engkau telah menjauhkan antara timur dengan barat, dan sambarlah penglihatan mereka dariku (supaya mereka tak nampak), dengan cahaya kesucian Mu dan pancunglah leher-leher mereka dengan keagungan kemuliaan (kepujian) Mu, dan potonglah tengkok-tengkok mereka dengan amukan-amukan kekerasan Mu, dan musnahkanlah mereka serta lenyapkanlah mereka dengan satu kali lenyapan, seperti mana Engkau telah menolak tipu daya orang-orang yang sangat berhasad dengki dari nabi-nabiMu, dan seperti mana Engkau telah potong leher-leher orang-orang yang gagah berani (gedebe), terhadap orang-orang pilihan Mu (para wali-wali dsb) dan seperti mana Engkau telah sambar penglihatan musuh-musuh dari wali-wali Mu. Dan Engkau telah potong tengkok-tengkok orang-orang yang membesar diri (takbur) terhadap orang-orang yang takwa kepada Mu. Dan telah pun Engkau musnahkan fira’un-fira’un dan Engkau telah melenyapkan para dajjal (orang-orang sangat bohong/penipu) terhadap orang-orang yang telah Engkau pilih (khususkan) mereka (ahli khawas) yang hampir diri mereka dengan Mu serta hamba-hamba Mu yang soleh. …..

Terjemahan nya:

Wahai (Tuhan) yang amat membantu orang-orang yang meminta bantuan, bantulah aku (3x), menghadapi semua musuh-musuh Mu. Maka pujianku buat Mu wahai Tuhanku berhujanan (bercurahan) dan ucapan pujianku keatas Mu sentiasa berterusan, selama-lamanya dari masa ke masa dengan berbagai jenis tasbih (penyucian) dan pemujaan dan berbagai jenis penyucian yang tulus untuk mengingati Mu dan pengagungan dan setulus-tulus pengesaan (tauhid) dan ketulusan penghampiran dan pendekatan serta penunggalan (pengesaan), permurnian pujian/ pengagungan dengan kepanjangan taabbud (pengabdian) dan bilangan. Engkau tiada dibantu (sesiapa pun) dalam kekuasaan Mu, dan tiada di sekutukan (dikongsi) dalam ketuhanan Mu, dan tiada Engkau diajarkan (diberitahu) bagi Mu suatu hakikat pun, untuk Engkau menjadi sama rata dengan segala yang bersalahan/bermacam-macam. Dan tidak ditentukan …..

Terjemahan nya:

apabila disekat (ditahan) perkara-perkara lain (dari Mu) di atas keazaman yang bermacam-macam (tonggak yang berbagai) dan tiada dapat segala bayangan keraguan, meredah tabir-tabir (benteng-benteng) yang ghaib untuk menuju kepada Mu. Lalu aku meenganggap Engkau begitu terbatas dalam keagungan/kebesaran Mu. Dan tidak sampai kepada Mu kejauhan hemmah (cita-cita) dan tidak mencapai Mu kedalam kepintaran Mu dan tidak berakhir kepada Mu penglihatan orang yang melihat dalam keagungan jabarut Mu yang terangkat tinggi dari sifat-sifat makhluk oleh sifat-sifat kekuasaan Mu, dan meningkat tinggi dari sebutan (ingatan) orang yang menyebut (mengingat) oleh kebesaran Mu, lalu tiada kurang, apa-apa yang Engkau kehendaki ianya bertambah dan tidak akan bertambah, apa-apa yang Engkau kehendaki ianya berkurangan. Tiada seorang pun yang menyaksi Mu ketika Engkau mencipta makhluk dan tiada saingan mahupun lawan yang datang kepada Mu ketika Engkau mesucikan jiwa-jiwa.

Lemahlah (tumpul) segala lidah untuk menghurai (tafsirkan) ……

Terjemahan nya:

segala sifat Mu, dan gagallah (tak tergapai) segala akal fikiran dari hakikat pengetahuan Mu, dan sifat Mu. Dan bagaimanakah ia hendak mensifatkan (gambarkan) hakikat sifat Mu wahai tuhan, sedangkan Engkaulah Allah, raja yang paling berkebesaran, gagah perkasa (gedebe), maha suci lagi azali, kekal abadi selamanya , sentiasa dalan keghaiban Engkau sahaja, tiada sekutu bagi Mu, tiada seorang pun di dalamnya selain dari Mu dan tiada Tuhan selain Mu, akan kebingunganlah dalam lautan-lautan keindahan kerajaan (malakut) Mu oleh segala kedalaman aliran pemikiran, dan tunduklah oleh raja-raja kepada kehebatan Mu. Dan menunduk segala muka dengan kehinaan, ketenangan (kekalahan) kepada keagungan Mu lalu akan terpandulah segala sesuatu kepada kebesaran Mu, dan tunduklah segala tengkuk …

40 Nasihat Sayidina ‘Ali Ibnu Abi Tholib KW

Desember 18, 2010

Berikut adalah 40 nasihat Saiyidina ‘Ali Ibnu Abi Tholib sebagaimana

yang terdapat di dalam kitab Nahjul Balagh oleh Saiyidina Ali Ibn

Abi Talib dan kitab Al Bayan Wattabyeen oleh Al Imam Abu Othman

Amru Ibn Bahr Al Jaahidh r.a.

 

 

1. Pendapat seorang tua adalah lebiih baik dari pada tenaga seorang

muda.

2. Menyokong kesalahan adalah menindas kebenaran.

3. Kebesaran seseorang itu bergantung dengan qalbunya yang mana

adalah hanya sekeping daging.

4. Mereka yang bersifat pertengahan dalam semua hal tidak akan

menjadi miskin.

5. Jagailah ibu bapamu, niscaya anak anakmu akan menjagai kamu.

6. Bakhil terhadap apa yang ditangan adalah tidak mempunyai

kepercayaan terhadap Allah s.w.t.

7. Kekayaan seorang bakhil akan turun kepada ahli warisnya atau ke

angin. Tidak ada yang lebih terpencil dari pada seseorang bakhil.

8. Seorang arif adalah lebih baik daripada arif. Seorang jahat

adalah lebih baik dari kejahatan.

9. Ilmu adalah lebih baik daripada kekayaan kerana kekayaan harus

dijagai, sedangkan ilmu menjaga kamu.

10. Jagalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat dan angkatkan

kesusahanmu dengan mendirikan solat.

11. Sifat menahan kemarahan adalah lebih mulia daripada membalas

dendam.

12. Mengajar adalah belajar.

13. Berkhairatlah mengikut kemampuanmu dan janganlah menjadikan

keluargamu hina dalam kemiskinan.

14. Insan terbahagi kepada 3 : mereka yang mengenal Allah, mereka

yang mencari kebenaran dan mereka yang tidak berpengetahuan dan

tidak mencari kebenaran.

Golongan terakhir inilah yang paling rendah dan tidak baik sekali

dan mereka akan ikut sebarang ketua dengan buta seperti kambing.

15. Insan tidak akan melihat kesalahan seorang yang bersifat

tawadhu’ dan lemah.

16. Janganlah kamu takut kepada sesiapa melainkan dosamu terhadap

Allah.

17. Mereka yang mencari kesilapan dirinya sendiri adalah selamat

dari pada mencari kesilapan orang lain.

18. Harga diri seseorang itu adalah berdasarkan apa yang ia lakukan

untuk memperbaiki dirinya.

19. Manusia sebenarnya sedang tidur tetapi akan bangun apabila ia

mati.

20. Jika kamu mempunyai sepenuh keyakinan akan Al Haq dan

kebenaran, nescaya keyakinanmu tetap tidak akan berubah walaupun

terbuka rahsia rahsia kebenaran itu.

21. Allah s.w.t merahmati mereka yang kenal akan dirinya dan tidak

melampaui batasnya.

22. Sifat seseorang itu tersembunyi disebalik lidahnya.

23. Seseorang yang membantu adalah sayapnya seseorang yang meminta.

24. Insan tidur diatas kematian anaknya tetapi tidak tidur diatas

kehilangan hartanya.

25. Barangsiapa yang mencari apa yang tidak mengenainya nescaya

hilang apa yang mengenainya.

26. Mereka yang mendengar orang yang mengumpat terdiri dari pada

golongan mereka yang mengumpat.

27. Kegelisahan adalah lebih sukar dari kesabaran.

28. Seorang yang hamba kepada syahwatnya adalah seorang yang lebih

hina daripada seorang hamba kepada hamba.

29. Orang yang dengki, marah kepada orang yang tidak berdosa.

30. Putus harapan adalah satu kebebasan, mengharap (kepada manusia)

adalah suatu kehambaan.

31. Sangkaan seorang yang berakal adalah suatu ramalan.

32. Seorang akan mendapat teladan diatas apa yang ia lihat.

33. Taat kepada perempuan (selain ibu) adalah kejahilan yang paling

besar.

34. Kejahatan itu mengumpulkan kecelakaan yang memalukan.

35. Jika berharta, berniagalah dengan Allah dengan bersedekah.

36. Janganlah kamu lihat siapa yang berkata tetapi lihatlah apa

yang dikatakannya.

37. Tidak ada percintaan dengan sifat yang berpura pura.

38. Tidak ada pakaian yang lebih indah dari pada keselamatan.

39. Kebiasaan lisan adalah apa yang telah dibiasakannya.

40. Jika kamu telah menguasai musuhmu, maafkanlah mereka, karena

perbuatan itu adalah syukur kepada kejayaan yang telah kamu perolehi.

esok takkan sama dengan hari ini, seperti mana hari ini tak sama dengan

semalam…

Ta’awudz

Desember 16, 2010

Di dalam salah satu kitab mengisahkan, pada suatu hari Syekh Abdul Qadir Jaelani dan beberapa murid-muridnya sedang dalam perjalanan di padang pasir dengan telanjang kaki. Saat itu bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. Beliau bertutur.

Disaat kami sangat haus dan luar biasa lelahnya. Murid-muridku berjalan di depanku. Tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang melindungi kami dari panasnya matahari. Di depankami muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari. Dia berkata, ‘Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Allah, Tuhan kalian. Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!’

Murid-muridku yang berada didepanku berlari ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan kearah pohon kurma untuk dimakannya. Aku berteriak kepada mereka untuk berhenti, dan aku putar kepalaku ke arah suara itu dan berteriak,

‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithon yang terkutuk!’

Awan, sinar, mata air dan pohon kurma sarat dengan buah yang masak. Akhirnya hilang. Syaithon berdiri dihadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Syaithon itu bertanya, ‘Bagaimana kamu tahu bahwa itu aku?’

Syekh Abdul Qadir katakan pada syaitan yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar. Lebih lagi beliau tahu bahwa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat yang haram menjadi halal bagi siapa yang dikasihiNya.

Mendengar ini, syaithon berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, ‘Wahai Abdul Qadir,’ kata syaithon, ‘aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!’

Abdul Qadir mengatakan, ‘Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha mendengar dan Maha mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun kebijakanku yang menyelamatkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat dari Allah-lah aku bisa selamat.’

Kisah diatas mengajarkan kita agar senantiasa berlindung kepada Allah dari segala Marabahaya, godaan kehidupan materi & duniawi yang senantiasa menyesatkan hati kita. Hanya dengan rahmat Allahlah diri kita dan keluarga bisa selamat dunia akherat.


Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).

Wassalam,

Hijab

Desember 16, 2010

Jangan berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya rahmat Allah itu Maha luas. Ada orang setelah mendapat sedikit anugerah lalu tersendat dengan anugerah itu sampai terhijab bertahun tahun. Ada yang terhijab terus. Ada yang terhijab, kemudian terbuka kemudian terhijab lagi. Itu adalah lumrah. hanya bergantung sejauh mana kita memerlukan Dia. Ada orang sangat susah, siang malam berdoa, bila Tuhan lepaskan kesusahan hati jadi jauh.

“Aku adalah mengikut persangkaan Hambaku.Bila hambaku menujuKu sejengkal , Aku hampiri sedepa…

Maksudnya bahwa hijab yang mendinding manusia terhadap Allah adalah hijab yang paling halus yakni mengarahkan fikiran, daya dan usaha pada memikirkan alam jasmaniah saja dapat menghambat mata hati kita terhadap Allah. Kita bukan tidak boleh mengatur dan mengurus diri tetapi jangan sampai melewati batas sehingga hubungan kita dengan Allah terhalang. Kita diperbolehkan mempunyai rumah yang besar indah dan kendaraan yang bagus tetapi semuanya janganlah sampai melalaikan ataupun melupakan Allah. Apabila keadaan ini menimbulkan kelalaian dan kelupaan maka semuanya ini menjadi hijab-hijab bagi kita.

Bagaimana hati kita akan bersinar apabila sesuatu didalam alam ini melekat didalam mata hati. Bila keduniaan mengawal kita, maka tujuan supaya hati bersih menghadap sempurna kepada Allah pasti tidak akan berhasil. Bila dunia ini terpaut dalam hati maka hati akan menemui kegelapan. Sama seperti kaca/cermin apabila berdebu begitu banyak dan melekat kuat, maka cermin itu sudah tidak dapat menangkap gambar objek kedalamnya. Bila hati gelap, bagaimana Allah akan bersemayam di dalamnya. Bila hati sudah melekat kuat kepada dunia yang fana ini akan sulitlah hati kita mengarah kepada tujuan menghadap Allah dengan syuhud dan tajjali seperti yang dimaksudkan dengan ihsan didalam hadis Rasulullah s.a.w.

Apabila hati gelap maka sinar makrifat akan jauh darinya. Sebab hati, mukanya hanya satu. Bila muka yang satu itu menghadap dunia maka jauhlah ia dari Allah. Kita dalam mengerjakan ajaran agama, pada hakikatnya bukanlah sekadar patuh dan taat kepada Allah tetapi juga pada hakikatnya kita berjalan kepadaNya dengan arti hubungan menjadi semakin dekat, baik dalam ilmu, keyakinan dan seluruh perasaan. Ini dapat kita capai bila kita memutuskan hubungan dengan kehendak-kehendak hawa nafsu dan syahwat. Tetapi bila kita berada dalam tawanan hawa nafsu, setiap kali kita bangun berdiri untuk melangkah, setiap kali pula kita jatuh tersungkur. Setiap kali berkumpul dalam hati kita keinginan yang kuat untuk berjalan kepada Allah tetapi pada waktu petangnya tentara-tentara syahwat menyerang pertahanan, sehingga benteng pertahanan yang dibina runtuh. Demikianlah sulitnya kita menuju kepada Allah apabila kita masih terikat dengan ikatan syahwat.

“Sengatan beberapa ekor kalajengkin atas tubuh-tubuh yang luka lebih ringan dari sengatan syahwat-syahwat atas hati yang meghadap kepada Allah”

Allah mewahyukan kepada Nabi Daud:

“Hendaklah engkau berikan peringatan kepada kaum engkau tentang bahaya seluruh syahwat karena segala hati yang bergantung dengan segala syahwat keduniaan berarti akal orangnya terdinding, lagi jauh daripadaKU”

Jika kita tidak mampu menghalau serangan nafsu setelah mengamalkan beberapa macam zikir. Mohon kepada Tuan nafsu itu agar ia menghalanginya. Mohonlah dengan berkat solawat. Setiap doa tak kan naik tanpa didahulukan dengan solawat.

Hijab-hijab itu terbagi kepada dua bagian, yaitu :

1.Hijaabul Bashari :
Hijab penglihatan mata yaitu kita tidak melihat karena memang mata kita tidak mungkin melihat Allah di dunia, sebab dunia ini adalah tempat segala kekurangan, sedangkan Allah adalah Zat yang maha sempurna. Jadi tidak mungkin kita melihat Allah di dunia yang fana ini, selain di akhirat. Demikian menurut hadis Rasulullah.

2.Hijaabul Bashiirati :
Dinding yang menghambat penglihatan mata hati. Apabila mata hati kita sudah terdinding dengan hijab-hijab di mana dengannya akan menimbulkan kegelapan hati untuk melihat Zat Allah dan sifat-sifatNya yang mulia dan utama. Apabila hijab-hijab ini sudah hilang, maka terbukalah sinar hakikat. Maka terlihatlah keagungan yang Maha Sempurna Allah s.w.t

Apakah hijab-hijab itu? Hijab-hijab itu ialah keaiban-keaiban hati, jiwa dan diri. Apabila hati, jiwa dan diri kita telah bersih dari keaiban-keaiban ini, maka terbukalah pintu ghaib dan kita pun mendapatkan rahasia-rahasia yang baik dari Allah.

Istighfar

Desember 16, 2010

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (Hud: 3)

Surat Hud yang pernah membuat Abu bakar terkejut saat melihat rambut Rasulullah saw beruban yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya, “Surat Hud dan saudara2nya telah membuat rambutku beruban”, ternyata sarat dengan perintah beristighfar yang disampaikan melalui lisan para nabiyuLlah dari Hud as, sholih dan syu’aib as.

Tercatat ada empat ayat di dalam surat ini yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya, “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya” (Hud: 2).

Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah beribadah kepadanya. Sehingga merupakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari”.

Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qur’an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan menunjukkan perilaku dan sikap “taubat” yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt.

Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicotohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.

Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mu’min: 7)

Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar, paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim:

1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)

2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt.

3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah swt. Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat Al-Anfal: 33 “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar”. Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.

4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda, “Barangsiapa yang mampu mulazamah atau kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Ibnu Majah)

Demikianlah, pesan yang disampaikan oleh para nabiyuallah kepada kaumnya sebagai salah satu solusi dari permasalahan mereka. Tentu istighfar yang dimaksud tidak hanya sekedar ucapan dengan lisan “astaghfirullah”, tetapi secara aplikatif sikap waspada, mawas diri dan berhati-hati dan bersikap dan berperilaku agar terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke dalam kemaksiatan segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan bersungguh-sungguh bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya yang lebih bermanfaat untuk umat. Allahu A’lam.

ghufronaka yaa ghofaar, ghuronaka yaa Alloh,astaghfirullohal ‘azhiim wa atubu ilaik

Subhanaka Allohumma robbana wabi hamdika Allohummaghfirlii, Allohummaghfirlii

Robbi inni zholamtu nafsii zhulman katsiron wa laa yaghfiru dzunuba illa Anta faghfirli maghfirotam min indika warhamni innaka antal ghofurur rohiim

اللهم اغفر لي و تب علي إبك أنت التواب الرحيمِ

أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه

أللهم أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني و أنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت ، أعوذ بك من شر ما صنعت ، أبوء لك بنعمتك على و أبوء لك بذنبي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت

Astaghfurullahal ‘adzim, lii waliwaalidayya, walijami’il huquuqi waajibati ‘alayya, walijami’il muslimin wal-muslimaat wal-mu’minin wal mu’minaat al-ahyaa’I minhum wal-amwaat.

رب اغفر لي وتب علي إنك أنت التواب الرحيم

subhanalloh wabi hamdih subhanallohil ‘azhiim wabi hamdih astaghfirulloh

Tingkatan waliyulloh

Desember 16, 2010

Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara
garis besar dapat diringkas sebagai berikut :

1. Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.
3. Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.
4. Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.
5. Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.
6. Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.
7. Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.
8. Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.

Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.

Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.
9. Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw.

Tasawuf

Desember 16, 2010

Sebagai bahan untuk memahami mengenai tahapan-tahapan Tasawuf, kami

memuat tulisan tulisan Drs. Mahjuddin, dosen tetap pada Fakultas

Tarbiyah Jember, IAIN “Sunan Ampel” dalam bukunya “Kuliah Akhlaq-

Tasawuf” dan diterbitkan oleh Penerbit Kalam Mulia, Jakarta Pusat

10560

 

Tahapan-Tahapan Tasawuf

 

Ada empat macam tahapan yang harus dilalui oleh hamba yang

menukuni ajaran Tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yang disebutnya

sebagai “As-Sa’aadah” menurut Al-Ghazaliy dan Al-Insaanul Kaamil”

menurut Muhyddin bin ‘Arabiy.

Keempat tahapan itu terdiri dari Syari’at, Tarekat, Hakikat dan

Marifat.

Dari tahapan-tahapan tersebut, dapat dikemukakan penjabarannya

sebagai berikut:

 

1.Syariat

 

Istilah syari’at, dirumuskan definisinya oleh As-Sayyid Abu Bakar

Al-Ma’ruf dengan mengatakan:

“Syari’at adalah suruhan yang telah diperintahkan oleh Allah, dan

larangan yang telah dilarang oleh-Nya.”

 

Kemudian Asy-Syekh Muhammad Amin AL-Kurdiy mengatakan:

“Syari’at adalah hukum-hukum yang telah diturunkan kepada Rasulullah

SAW., yang telah ditetapkan oleh Ulama (melalui) sumber nash Al-

Qur’an dan Sunnah ataupun dengan (cara) istirahat: yaitu hukum-hukum

yang telah diternagkan dalam ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawuf.”

 

Hukum-hukum yang dimaksud oleh Ulama Tauhid; meliputi keimanan

kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab Suci-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhirat,

Qadha dan Qadar-Nya; yang diplikasikan dalam bentuk ketaqwaan dengan

dinyatakan dalam perbuatan Ma’ruf yang mengandung hukum wajib, sunat

dan mubah; dan meninggalkan mungkarat yang mengandung hukum

haram dan makruh.

 

Dan hukum-hukum yang dimaksudkan oleh Fuqaha, meliputi seluruh

perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan-nya; yang

disebut “ibadah mahdhah” atau taqarrub (ibadah murni atau ibadah

khusus) serta hubungannya dengan sesama manusia dan makhluk lainnya,

yang disebut “ibadah ghairu mahdhah” atau “ammah” (ibadah umum).

 

Kemudian hukum-hukum yang dimaksudkan oleh Ulama Tasawuf, yang

meliputi sikap dan perilaku manusia, yang berusaha membersihkan

dirinya dari hadats dan najis serta maksiat yang nyata dengan

istilah “At-Takhali”. Lalu berusaha melakukan kebaikan yang nyata

untuk menanamkan pada dirinya kebiasaan-kebiasaan terpuji, dengan

istilah “At-Thalli”.

 

Bila syari’at diartikan secara sempit, sebagaimana dimaksudkan

dalam pembahasan ini, maka hanya meliputi perbuatan yang nyata,

karena perbuatan yang tidak nyata (perbuatan hati), menjadi lingkup

pembahasan Tarekat. Oleh karena itu, penulis hanya mengemukakan

perbuatan-perbuatan lahir, misalnya perbuatan manusia yang merupakan

penomena keimanan, yang telah dibahas dalam Ilmu Tauhid.

Penomena keimanan itu, terwujud dalam bentuk perbuatan ma’ruf dan

menjauhi yang mungkar.

 

 

2. Tarekat

 

Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada

Hakikat atau dengan kata lain pengalaman Syari’at, yang disebut “Al-

Jaraa” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy

mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:

 

1) Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah

(dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah

(ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.

 

2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan

sesuai dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata,

maupun yang tidak (batin).

 

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan

hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal

yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan

(pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi)

yang mencita-citakan suatu tujuan.

 

Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap

kehidupan Tasawuf di beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan

bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam pengertian.

 

a) Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering

dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk

mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqamaat”

dan “Al-Ahwaal”.

 

b) Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut

ajaran yang telah dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran

Tarekat tertentu.

Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan Ilmu Tasawuf

menurut aliran Tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan

murid-muridnya.

 

Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi;

yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan

latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang dilakukan oleh seorang,

maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu

untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqaamaat”

dan “Al-Akhwaal”, meskipun kedua istilah ini ada segi prbedaannya.

Latihan kerohanian itu, sering juga disebut “Suluk”, maka pengertian

Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya

(prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya

(perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk

tidak sama.

 

Kembali kepada masalah Al-Maqaamaat dan Al-Akhwaal, yang dapat

dibedakan dari dua segi:

 

a). Tingkat kerohanian yang disebut maqam hanya dapat diperoleh

dengan cara pengamalan ajaran Tasawuf yang sungguh-sungguh. Sedangkan

ahwaal, di samping dapat diperoleh manusia yang mengamalkannya, dapat

juga diperoleh manusia hanya karena anugrah semata-mata dari Tuhan,

meskipun ia tidak pernah mengamalkan ajaran Tasawuf secara sungguh-

sungguh.

 

b) Tingkatan kerohanian yang disebut maqam sifatnya langgeng atau

bertahan lama, sedangkan ahwaal sifatnya sementara; sering ada pada

diri manusia, dan sering pula hilang. Meskipun ada pendapat Ulama

Tasawuf yang mengatakan bahwa maqam dan ahwaal sama pengertiannya,

namun penulis mengikuti pendapat yang membedakannya beserta alasan-

alasannya.

 

Tentang jumlah tingkatan maqam dan ahwaal, tidak disepakati oleh Ulama

Tasawuf. Abu Nashr As-Sarraaj mengatakan bahwa tingkatan maqam ada

tujuh, sedangkan tingkatan ahwaal ada sepuluh.

 

Adapun tingkatan maqam menurut Abu Nashr As-Sarraj, dapat disebutkan

sebagai berikut:

 

a). Tingkatan Taubat (At-Taubah);

b) Tingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan yang haram dan yang

makruh, serta yang syubhat (Al-Wara’);

c). Tingkatan meninggalkan kesenangan dunia (As-Zuhdu).

d) Tingkatan memfakirkan diri (Al-Faqru).

e). Tingkatan Sabar (Ash-Shabru).

f). Tingkatan Tawakkal (At-Tawakkul).

g). Tingkatan kerelaaan (Ar-Ridhaa).

 

Mengenai tingkatan hal (al-ahwaal) menurut Abu Nash As Sarraj, dapat

dikemukakan sebagai berikut;

 

a). Tingkatan Pengawasan diri (Al-Muraaqabah)

b). Tingkatan kedekatan/kehampiran diri (Al-Qurbu)

c). Tingkatan cinta (Al-Mahabbah)

d). Tingkatan takut (Al-Khauf)

e). Tingkatan harapan (Ar-Rajaa)

f). Tingkatan kerinduan (Asy-Syauuq)

g). Tingkatan kejinakan atau senang mendekat kepada perintah Allah

(Al-Unsu).

h). Tingkatan ketengan jiwa (Al-Itmi’naan)

i). Tingkatan Perenungan (Al-Musyaahaah)

j). Tingkatan kepastian (Al-Yaqiin).

 

 

 

Hakikat :

 

Istilah hakikat berasal dari kata Al-Haqq, yang berarti kebenaran.

Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk

mencari suatu kebenaran. Kemudian beberapa ahli merumuskan

definisinya sebagai berikut:

 

a. Asy-Syekh Abu Bakar Al-Ma’ruf mengatkan :

 

“Hakikat adalah (suasana kejiwaan) seorang Saalik (Shufi) ketika ia

mencapai suatu tujuan …sehingga ia dapat menyaksikan (tanda-tanda)

ketuhanan dengan mata hatinya”.

 

b. Imam Al-Qasyairiy mengatakan:

 

“Hakikat adalah menyaksikan sesuatu yang telah ditentukan,

ditakdirkan, disembunyikan (dirahasiakan) dan yang telah dinyatakan

(oleh Allah kepada hamba-Nya”.

 

Hakikat yang didapatkan oleh Shufi setelah lama menempuh Tarekat

dengan selalu menekuni Suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa

yang dihadapinya. Karena itu, Ulama Shufi sering mengalami tiga macam

tingkatan keyakinan:

 

1) “Ainul Yaqiin; yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh

pengamatan indera terhadap alam semesta, sehingga menimbulkan

keyakinan tentang kebenaran Allah sebagai penciptanya;

 

2) “Ilmul Yaqiin; yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh

analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah pada alam semesta

ini.

 

3) “Haqqul Yaqqin; yaitu suatu keyakinan yang didominasi oleh hati

nurani Shufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga segala ucapan dan

tingkah lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka

kebenaran Allah langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan

oleh keputusan akal”.

 

Pengalaman batin yang sering dialami oleh Shufi, melukiskan bahwa

betapa erat kaitan antara hakikat dengan mari”fat, dimana hakikat itu

merupakan tujuan awal Tasawuf, sedangkan ma’rifat merupakan tujuan

akhirnya.

 

 

Marifat :

 

Istilah Ma’rifat berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang berarti

mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan

pengamalan Tasawuf, maka istilah ma’rifat di sini berarti mengenal

Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.

 

Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama

Tasawuf; antara lain:

 

a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf

yang mengatakan:

 

“Marifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud

yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya.”

 

b. Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat

Abuth Thayyib As-Saamiriy yang mengatakan:

 

“Ma’rifat adalah hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi)…dalam

keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi…”

 

c. Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad

bin Abdillah yang mengatakan:

 

“Ma’rigfat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu

pengetahuan membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barangsiapa yang

meningkat ma’rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya).”

 

Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada

tingkatan ma’rifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan

ma’rifat, memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzuun

Nuun Al-Mishriy yang mengatakan; ada beberapa tanda yang dimiliki

oleh Shufi bila sudah sampai kepada tingkatan ma’rifat, antara lain:

 

a. Selalu memancar cahaya ma’rifat padanya dalam segala sikap dan

perilakunya. Karena itu, sikap wara’ selalu ada pada dirinya.

 

b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta

yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran

Tasawuf, belum tentu benar.

 

c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena

hal itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.

 

Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak

membutuhkan kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang

hanya sekedar dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT.,

sehingga Asy-Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa ma’rifat

yang dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin

padanya, karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhan-nya.

 

Begitu rapatnya posisi hamba dengan Tuhan-nya ketika mencapai

tingkat ma’rifat, maka ada beberapa Ulama yang melukiskannya sebagai

berikut:

 

a. Imam Rawiim mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan

ma’rifat, bagaikan ia berada di muka cermin; bila ia memandangnya,

pasti ia melihat Allah di dalamnya. Ia tidak akan melihat lagi

dirinya dalam cermin, karena ia sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya.

Maka tiada lain yang dilihatnya dalam cermin, kecuali hanya Allah SWT

saja.

 

b. Al-Junaid Al-Bahdaadiy mengatakan, Shufi yang sudah mencapai

tingkatan ma’rifat, bagaikan sifat air dalam gelas, yang selalu

menyerupai warna gelasnya. Maksudnya, Shufi yang sudah larut (hulul)

dalam Tuhan-nya selalu menyerupai sifat-sifat dan kehendak-Nya. Lalu

dikatakannya lagi bahwa seorang Shufi, selalu merasa menyesal dan

tertimpa musibah bila suatu ketika ingatannya kepada Allah terputus

meskipun hanya sekejap mata saja.

 

c. Sahal bin Abdillah mengatakan, sebenarnya puncak ma’rifat itu

adalah keadaan yang diliputi rasa kekagumam dan keheranan ketika

Shufi bertatapan dengan Tuhan-nya, sehingga keadaan itu membawa

kepada kelupaan dirinya.

 

Keempat tahapan yang harus dilalui oleh Shufi ketika menekuni

ajaran Tasawuf, harus dilaluinya secara berurutan; mulai dari

Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma’rifat. Tidak mungkin dapat ditempuh

secara terbalik dan tidak pula secara terputus-putus.

 

Dengan cara menempuh tahapan Tasawuf yang berurutan ini,

seorang hamba tidak akan mengalami kegagalan dan tiak pula mengalami

kesesatan.